![]() |
Source: Kemenko PMK |
“Saat kamu menyampaikan
kebenaran, maka kamu akan menemukan 2 reaksi yang berbeda; Orang yang
cerdas akan merenung dan
Orang yang bodoh akan tersinggung” quote
itu mungkin tidak asing bagi kita dan kalian pasti pernah menjumpai orang yang dimana ia diberikan edukasi atau
sekedar diingatkan malah marah dan tidak terima, sedangkan cara kita memberikan
edukasi atau cara mengingatkannya sudah dengan cara yang baik dan benar. Lantas
itu akan membuat kita jengkel dengan orang tersebut.
Zaman semakin maju dan teknologi semakin berkembang, pastinya banyak
orang-orang yang memberikan beberapa edukasi lewat platform sosial media. Mulai
dari edukasi mengenai pendidikan, parenting,
life style, dan lainnya. Kebanyankan orang merasa senang dengan adanya edukasi
tersebut, tapi ada beberapa orang yang mungkin kurang suka dengan edukasi
tersebut. Secara garis besar, mereka yang kurang menyukai edukasi tersebut
karena tidak sesuai dengan pendapat mereka, mungkin merasa dirinya lebih pintar
daripada orang yang mengedukasi bahkan merasa tersinggung.
Hal ini dapat dilihat dengan berbagai komentar negatif pada setiap
konten yang ingin memberi edukasi. Contohnya saja ada salah satu konten kreator
yang menanggapi sebuah video trend ‘Hi kids, this is your dad/mom’ yang tengah
viral di sosial media. Terlihat di video trend tersebut bahwa ada dua sejoli
yang mengikuti trend itu dan faktanya adalah si laki-laki itu berusia 20 tahun,
sedangkan si anak perempuan masih berusia 15 tahun.
Sang konten kreator pun lantas menanggapi video tersebut yang bertujuan
untuk memberikan edukasi tentang bahaya Child
Grooming. Child Grooming sendiri adalah upaya
atau salah satu teknik memanipulasi pikiran
anak untuk tujuan tertentu. Tujuan yang paling sering dari teknik ini adalah
untuk eksploitasi dan pelecehan seksual.
Lantas apakah tanggapan sang konten kreator ini yang bertujuan untuk
mengedukasi disambut baik? Sebagian besar netizen setuju dengan tanggapan sang
konten kreator dan memberikan banyak penjelasan lebih detail tentang Child Grooming beserta potensi kecil
yang dapat terjadi. Akan tetapi, tak sedikit juga yang tidak terima atas
tanggapan sang konten kreator. Mereka berspekulasi bahwa sang konten kreator
merasa iri karena tidak memiliki pasangan sehingga memberikan tanggapan tersebut.
“Apaan si mba nya sok asik bgt orang
mau pacaran umur berapa juga hak dia kali, Iri hati emng susah” tulis salah satu warganet yang kontra
dengan edukasi tersebut.
Disisi lain, ada juga warganet yang mengatakan bahwa
orang yang diberi edukasi tapi malah kontra dan menghujat adalah tanda dari
kualitas SDM yang rendah. Mungkin istilah SDM rendah bukanlah suatu hal yang
asing bagi kita, istilah tersebut diperuntukkan bagi orang yang tidak memiliki
sumber literasi atau pengetahuan yang tinggi dan luas tapi selalu merasa benar.
“Welcome to Indonesia,
dimana edukasi di bilang baperan dll, mau heran tapi SDM rendah” tulis
salah satu warganet yang geram dengan warganet kontra.
“Gini yah adik adik
imut, usia 17 tahun kebawah kenapa dilarang berpacaran? Karena kamu itu masih
ranum, masih bisa “diatur” egonya paling minta jajan seblak gadikasi, nah itu
“santapan” lezat bagi pria dewasa yang belum mau serius, cuma pengen lucu
lucuannya doang, karena sejatinya pria yang udah dewasa gaakan mencari seorang
wanita yang belum siap secara mental, inget yah pacaran bahkan hubungan
pernikahan sekaligus bukan sebates “aku sayang kamu” hehehehe, malah skrg cewe
cewe 21+ aja masih mikir2 buat memulai hubungan karena memang tidak seindah
dilayar layar kaca” imbuh warganet lainnya.
Comments
Post a Comment